Selasa, 30 Oktober 2012

Menjadi Ibu

     Menikah.... Mengandung... Melahirkan... dan menjadi ibu..
     Sebagian orang beranggapan bahwa seorang perempuan dapat dikatakan sempurna jika sudah menjadi seorang ibu...  Mungkin iya... Tetapi jika ditelusuri lebih jauh, sempurna bukan berarti hanya sebatas mengandung dan melahirkan saja, peran seorang ibu lebih dari itu. Seorang ibu harus dapat merawat, menjaga, membesarkan, dan mendidik anaknya. Hal inilah yang terkadang membuat beberapa ibu baru menjadi stres.. Yaaa, fenomena ini sering disebut dengan istilah post partum blues atau baby blues. 
     Umumnya baby blues terjadi pada minggu awal pasca melahirkan dan ditandai dengan kondisi emosi yang tidak stabil, misalnya ibu baru menjadi mudah marah, tersinggung, cemas, atau menangis. Hal ini wajar, apa lagi jika perempuan yang baru pertama kali melahirkan. Gangguan ini akan hilang dengan seiring waktu karena sang ibu dapat mengatasi dan sudah dapat memahami kondisi anak.
     Stres pasca melahirkan sebenarnya dapat diantisipasi, misalnya calon ibu banyak bertanya kepada anggota keluarga yang sudah mempunyai anak lebih dahulu, sharing dengan ibu-ibu hamil lain, membicarakan dengan suami, mengikuti pelatihan merawat anak, ataupun memperkaya informasi dari internet dan buku-buku.
     Jika baby blues tidak dapat diatasi dengan baik, maka akan menjadi postpartum depression, di mana ibu merasa sangat depresi pasca melahirkan dan mengganggu aktivitasnya dalam jangka waktu yang lama (dapat mencapai beberapa bulan) karena gangguan emosi yang tidak diatasi dengan baik. Postpartum depression ini dapat membuat ibu merasa ingin menyakiti bayinya, diri sendiri, ataupun sang suami. Depresi yang parah akan membuat ibu tidak peduli dengan keadaan bayinya, motivasi menjaga diri menurun, tidak mau bersosialisasi, dan dapat membuat kesehatan fisiknya terganggu.
     Menjadi ibu menyenangkan. Tetapi, jika memang stres pasca melahirkan tidak dapat diatasi dengan baik, maka menjadi seorang ibu menjadi suatu hal yang mengerikan. Oleh karena itu, ada baiknya sebelum melahirkan calon ibu benar-benar mempersiapkan mental dan fisiknya, sehingga dapat lebih mudah beradaptasi ketika bayi yang dikandungnya lahir. :)

Kanker Serviks dan Lupus

     Penyakit erat hubungannya dengan kesehatan fisik dan bagaimana cara manusia menjaga kebersihan tubuhnya. Penyakit sangat tidak diharapkan karena dapat menghambat segala aktivitas manusia, termasuk perempuan. Terdapat dua penyakit yang sering menyerang perempuan pada umumnya, yaitu kanker serviks dan penyakit lupus.
     Kanker memberikan penderitaan fisik dan psikis bagi penderitanya. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah pegal, nyeri, mual, keputihan, hingga pendarahan dan komplikasi organ. Gangguan psikis yang dirasakan seperti  depresi, gugup, perasaan menjadi tua, cemas, dan perasaan tak berguna.  Kanker serviks adalah kanker yang menyerang mulut rahim. Kanker serviks disebut juga sebagai "silent killer" karena perkembangan kanker ini sangat sulit dideteksi. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV atau virus papiloma manusia). Faktor resiko penderitanya adalah usia,  jumlah anak, kebersihan organ intim, pembalut dengan pemutih atau daur ulang, serta daya tahan tubuh yang lemah. Penularan kanker serviks melalui hubungan seksual dan sentuhan. Ciri dan tanda penyakit ini adalah merasa sakit saat melakukan hubungan seks, mengeluarkan darah secara rutin ketika melakukan hubungan seks, siklus menstruasi tidak teratur, dan keputihan yang tidak normal.
     Selain kanker serviks, penyakit yang sering menyerang perempuan adalah lupus. Lupus memang dapat diderita oleh kaum pria, namun wanita memiliki resiko menderita penyakit lupus lebih tinggi, sekitar 1:5. Lupus adalah jenis penyakit yang mematikan, setara dengan kanker. Lupus adalah penyakit yang terjadi karena adanya kelebihan antibodi dalam tubuh manusia, sehingga antibodi yang berlebih tersebut justru menyerang organ-organ tubuh yang sehat. Gejala yang muncul pada penderita lupus yaitu demam yang tinggi (di atas 38C), rasa nyeri pada persendian, kerontokan rambut, rasa lelah pada fisik yang berkepanjangan, dan sensitif terhadap sinar matahari. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah minum obat secara teratur. Obat tersebut diberikan untuk mencegah peradangan dan menekan ketidaknormalan sistem tubuh. Selain itu, obat juga berfungsi untuk menekan rasa nyeri yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut. Penderita lupus tidak boleh berada di bawah sinar matahari secara langsung karena dapat menyebabkan peradangan yang ditandai dengan bintik-bintik merah sekitar wajah dan anggota tubuh yang lain.
     Untuk menghindari kedua penyakit ini adalah dengan cara menjaga kebersihan tubuh dan menerapkan pola hidup yang sehat. Mengkonsumsi makanan yang sehat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, membersihkan tubuh secara benar, termasuk organ intim, rajin berolah raga, istirahat yang cukup, dan yang terpenting adalah peka terhadap keadaan fisik diri sendiri. Ketika memang kita sudah menderita penyakit, kita secara rutin harus memeriksakannya ke dokter ataupun secara tertib menghindari pantangan-pantangan tertentu dari penyakit yang  diderita. Tapi bagaimana pun, lebih baik menghindari daripada mengobati, kan? :)

Minggu, 21 Oktober 2012

Pelecehan di Dunia Kerja

     Manusia selalu memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang memang harus segera dipenuhi agar kelangsungan hidup dapat terus terjamin. Oleh karena itu, manusia selalu mencari jalan tertentu agar mendapatkan uang yang dapat ditukarkan dengan makanan, minuman, pakaian, dan kebutuhan hidup lainnya. Salah satu cara yang dijalankan adalah bekerja. Dengan bekerja diharapkan indvidu tersebut dapat memenuhi segala kebutuhannya.
     Perempuan juga memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu, sehingga akhirnya ia memilih untuk bekerja. Mungkin karena memang belum menikah, sehingga ia harus mencari uang untuk mencukupi kehidupannya sendiri. Atau mungkin karena penghasilan suami yang dinilai kurang memenuhi kebutuhan "rumah".
     Perempuan sering dianggap makhluk lemah yang mempunyai derajat lebih rendah dibandingkan pria. Padahal, perempuan juga memiliki kelebihan tertentu yang luar biasa. Jika perempuan yang bekerja tetap dianggap sebagai makhluk lemah yang memiliki derajat rendah, maka tidak heran jika para pria melakukan pelecehan seksual di tempat kerja. Belum lagi adanya penempatan posisi jabatan perempuan di tempat kerja yang terkadang lebih rendah daripada pria. Hal ini lebih memicu terjadinya pelecehan seksual di lingkungan kerja.
     Pelecehan seksual di tempat kerja mencakup tentang segala sesuatu tindakan yang tidak diinginkan, tidak semestinya di tempat kerja, dan tindakan tersebut mengarah ke seksual, serta menempatkan pekerja dalam situasi yang merugikan atau menciptakan lingkungan kerja yang tidak bersahabat.  Suatu tindakan dapat dikatakan pelecehan jika korban merasa terancam, tertekan, tidak nyaman, dan menurunkan produktivitas pekerjaannya.
     Terdapat beberapa jenis pelecehan seksual yang sering terjadi di tempat kerja, seperti pelecehan secara visual, pelecehan secara verbal, pelecehan fisik, maupun kombinasi dari pelecehan visual, verbal, dan fisik. Contoh pelecehan secara visual adalah memandang wanita dari atas sampai bawah dalam waktu yang lama sambil senyum-senyum aneh, melihat bokong, melihat payudara wanita dalam waktu yang lama. Contoh pelecehan secara verbal seperti ajakan melakukan hubungan intim, candaan berbau porno, berbicara dengan menggoda seperti mengatakan seksi, canitk, menggairahkan, dan sebagainya. Contoh pelecehan fisik mencakup memegang, menyentuh, dan meremas bokong, mencubit pinggang, mencium, pipi ataupun bibir, memijat pundak, dan menyenggol payudara.
     Faktor pemicu terjadinya pelecehan seksual bermacam-macam. Salah satunya adalah karena penempatan jabatan pria yang lebih tinggi daripada perempuan, sehingga pria tersebut berani melakukan hal-hal tertentu. Selain itu, pelaku pelecehan seksual sering kali mengatakan alasan melakukan pelecehan seksual karena korban sendiri yang menggunakan pakaian terlalu ketat, mini, dan menunjukkan gerakan-gerakan yang memancing hasrat mereka. Faktor lain yang dapat memicu terjadinya pelecehan di tempat kerja adalah ruangan kerja yang sangat tertutup, sehingga aktivitas pekerja dalam perusahaan kurang  dapat terkontrol dengan baik.
     Pelecehan seksual yang menimbulkan dampak psikologis dan performa pekerja ini memang sangat sulit diberantas, karena adanya otoritas pelaku ataupun pemutarbalikan fakta. Untuk itu, sebagai perempuan, ada baiknya untuk menggunakan pakaian yang tertutup, sopan, dan wajar di tempat kerja. Selain itu, jika memang ada gerak-gerik mencurigakan dari rekan kerja, ambil tindakan yang tegas, seperti melaporkan ke pihak yang berwenang di tempat kerja.