Selasa, 28 Agustus 2012

Mengapa Aku Dilahirkan?

       "Mama, mengapa aku dilahirkan? Apakah kehadirkanku memang diharapkan?"
     "Mama, mengapa aku tidak dilahirkan? Apakah kehadirkanku memang tidak diharapkan?"
     Jika Anda sebagai anak, pertanyaan mana yang mungkin saja Anda tanyakan? Mari menjadi perenungan.
     Tidak ada satupun anak di dunia ini yang mau mendengar bahwa kehadirannya tidak diharapkan. Tentunya mereka ingin bahwa kehadirannya memang diharapkan. Mereka tentunya ingin dibesarkan dalam lingkungan yang penuh cinta dari kedua orangtuanya. Tetapi, banyak juga anak yang akan lahir, namun orangtuanya menganggap bahwa dirinya sebagai petaka. Mengapa demikian? Yaaaa, itu karena kecelakaan yang terjadi antara pria dan wanita yang belum resmi menikah.
     "Walaupun belum berfisik manusia, tapi aku tumbuh dan berkembang. Semakin hari, beratku bertambah. Lama kelamaan, aku merasa bahwa aku berada di ruangan yang hangat. Sampai suatu ketika, aku merasa bahwa ada suatu benda aneh yang mendekat padaku. Benda tajam yang siap menyakitiku. Mama, aku takut....." Mungkin itu sebagian gambaran dari perasaan anak yang akan diaborsi. Anak yang tidak bersalah harus menanggung kesalahan orangtuanya. Rasanya tidak adil bahwa kesalahan itu harus dilimpahkan pada calon anak. Sebelum berbuat, pertimbangkanlah konsekuensi dan resikonya. Pria yang memang menyayangi kita sebagai wanitanya, tentu akan menjaga dan menghormati kita. Pria tersebut tidak akan merusak masa depan kita. Jika memang kekasih Anda meminta Anda melakukannya, pertimbangkan dan tinjau ulang hubungan Anda. Coba tanya pada diri Anda sendiri, apakah Anda siap jika sewaktu saat pacar Anda sekarang bukan menjadi suami Anda padahal semuanya sudah diberikan? Apakah Anda siap untuk menjadi ibu? Atau Anda lebih memilih mengorbankan si kecil yang sudah hidup?
    

Senin, 27 Agustus 2012

Psikologi Perempuan

     Perempuan? Apa yang Anda bayangkan ketika Anda mendengar kata tersebut? Mungkin saja pendapat Anda bermacam-macam. Makhluk lemah yang tidak berdaya? Atau makhluk kuat yang menghadirkan kehidupan baru di dunia? Jika Anda tetap berpendapat bahwa perempuan adalah makhluk lemah yang tidak berdaya, sepertinya Anda harus lebih banyak membaca atau mendengarkan jeritan-jeritan dari para pejuang emansipasi wanita. Para pejuang ini secara terus menerus menyuarakan tentang feminism. Feminism adalah aliran atau pergerakan yang memperjuangkan wanita untuk mendapatkan hak sosial, politik, dan ekonomi.
     Saya terinspirasi oleh ceramah dosen Psikologi Perempuan yang mengatakan bukti nyata bahwa dulu di Amerika ada pelajar yang menyelesaikan pendidikan tingginya di salah satu universitas terkemuka, tetapi tidak mendapatkan ijasahnya semata-mata karena dirinya perempuan. Ijasahnya baru diberikan ketika Beliau memperjuangkannya berpuluh-puluh tahun kemudian, namun sayangnya ijasahnya baru diberikan ketika Beliau sudah meninggal. Tidak hanya di luar negeri saja, seperti kita ketahui, di Indonesia terdapat gap yang cukup jauh antara hak perempuan dan pria. Pada zaman penjajahan, wanita dilarang keras untuk belajar di sekolah. Perempuan ditentang begitu keras untuk belajar membaca dan menulis. Perempuan dijadikan budak pekerja rumah tangga, buruh kerja sawah, dan bahkan banyak perempuan yang direngut kesuciannya. Begitu mengerikan diskriminasi antara perempuan dan pria. Untungnya, ada pahlawan Ibu Kartini yang memperjuangkan emansipasi wanita, sehingga kaum perempuan di Indonesia setidaknya dapat menikmati bangku sekolah.
     Secara fisik, perempuan memang berbeda dengan pria. Memang harus diakui bahwa pria memiliki tenaga yang lebih kuat dibandingkan perempuan, pria memiliki otot yang lebih besar daripada perempuan. Tetapi, secara sosial dan pengakuan tidak adil rasanya jika pria dan perempuan dibeda-bedakan. Perempuan sekarang banyak juga yang sukses dalam dunia kerja dan pendidikannya. Banyak perempuan yang berhasil menduduki jabatan tertentu yang di atas pria. Bahkan, ada perempuan yang berhasil menjadi presiden Indonesia. Wanita hendaknya mendampingi pria, bukan menjadi kaum yang diinjak-injak ataupun yang menginjak-injak. Betapa indahnya bukan jika perempuan dan pria tidak terus menerus membedakan gender?